Sibosnetwork’s Weblog

Just another WordPress.com weblog

Karinda: Manado Sangat Diuntungkan

 James Karinda

Konferensi Kelautan Dunia tinggal 13 bulan lagi akan digelar di Manado. Namun sektor pariwisata sepertinya belum menunjukkan geliat yang signifikan terutama dalam mempersiapkan program-program pariwisata yang bisa mendukung pelaksanaan WOC. Sebab bagaimanapun  kedatangan sekitar 3000 peserta termasuk para pemimpin Negara tidak hanya sekedar menggikuti WOC, tetapi juga bakal menikmati objek-objek wisata yang ada di Bumi Nyiur Melambai ini.

Sekretaris Komisi D Deprov Sulut, James Karinda, SH kepada SINERGY mewarning Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Sulawesi Utara untuk mempersiapkan segala sesuatu, baik itu penataan objek-objek wisata, mempersiapkan Sumber Daya Manusia yang handal khususnya para pekerja hotel dan restoran sebagai etalase sektor pariwisata. “Jika pelayanan hotel dan restoran buruk, maka akan berdampak kurang baik bagi Sulawesi Utara sebagai tuan rumah WOC,” kata Ketua Fraksi PDIP Sulut yang kini sedang bertarung memperebutkan posisi Ketua DPC PDIP Kota Manado.

Sektor Pariwisata memang diandalkan untuk meraup keuntungan di masa yang akan datang. Sebab, paling tidak begitu mereka datang dan pulang, ada kesan yang baik sehingga mereka akan kembali dalam bentuk kunjungan wisata. Makanya sektor pariwisata sebagai etalase harus menata diri dengan baik.

Berbicara SDM di sektor pariwisata, menurut Karinda sudah semakin membaik, terutama di kalangan perhotelan. Para karyawan sudah dilatih melayani sesuai dengan kompetensi masing-masing, apalagi bagi kalangan manajer, semuanya sudah memenuhi syarat atau standar pelayanan yang prima.

Hanya saja yang menjadi kendala sekarang ini adalah pelayan restoran yang belum sepenuhnya siap menghadapi WOC. SDM yang ada masih perlu dilatih lagi bagaimana etika melayani yang baik sesuai standar international, apalagi  melayani tamu – tamu peserta WOC. ”Ini yang mengkhawatirkan sehingga perlu kepedulian dari Dinas Pariwisata,” kata James Karinda.

Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Sulut, Drs Edwin Silangen ketika ditemui Sinergy mengemukakan, pihaknya begitu peduli dengan upaya peningkatan SDM di lingkungan Pariwisata antara lain mengadakan pelatihan bagi karyawan restoran agar memiliki kompetensi sesuai bidang tugasnya. ”Pelatihan terus kami lakukan secara bertahap sehingga sektor Pariwisata boleh siap menghadapi WOC,” kata Silangen meyakinkan.
 
MANADO DIUNTUNGKAN

Seiring dengan program WOC oleh Pemprov Sulut,   Kota Manado sebenarnya paling diuntungkan terutama dalam mempersiapkan Manado Kota Pariwisata Tahun 2010 yang sudah dicanangkan Walikota Manado Jimmy Rimba Rogi S.Sos. Sebab, dengan WOC semua infrastruktur jalan dan jembatan dipacu sehingga Manado sebagai tuan rumah mendapat keuntungan.

Makanya, koordinasi  antara Pemprov dan Pemkot sangat penting agar bisa mencapai tujuan bersama. Jangan justru Pemkot Manado seenaknya sendiri tanpa melakukan koordinasi dengan Pemprov. ”Koordinasi memang sudah berjalan, tetapi sebaiknya lebih ”mesra” lagi,” kata James Karinda.

Ia menjelaskan, dengan adanya WOC, sejumlah proyek-proyek penting terus digenjot antara lain perluasan jalan Bandara Sam Ratulangi, Jembatan Megawati, Manado Outer Ring Road II (Maumbi-Bengkol) dan Jembatan Ir. Soekarno serta proyek-proyek prestisus lainnya. Misalnya sejumlah hotel berbintang terus dibangun sehingga menambah jumlah kamar yang sangat memungkinkan mendukung Manado Kota Pariwisata Dunia 2010. ”WOC membawa multiplier effect, terutama pertumbuhan ekonomi karena masuknya proyek – proyek besar dibarengi dengan mengucurnya triliun rupiah ke Sulut. Kita harus dukung program ini, paling tidak menjaga keamanan bersama, menjadi tuan rumah yang baik,” kata Ketua Komisi D yang membidangi Pariwisata. (mel)   

March 15, 2008 Posted by | TrustNews | Leave a comment

SHS: Kontribusi Warga Jaga Keamanan

Logo WOC 2009

Banyak harapan bagi kemajuan daerah kita jika World Ocean Conference (WOC) 11-15 Mei 2009 terlaksana dengan baik di Manado. Setidaknya, multiplayer efect setelah hajatan internasional ratusan negara -negara yang memiliki laut bersidang bisa berdampak positif bagi perkembangan daerah kita secara keseluruhan.Demikian, sejumlah pengamat menilai setelah presiden SBY menandatangani Keputusan Presiden (Keppres) WOC..

”Dengan terbitnya Keppres WOC semakin memperkuat posisi daerah kita di mata nasional dan internasional. Tentunya, setelah itu, banyak manfaat bagi kemajuan Sulut. Saya yakin, setelah acara berskala internasional itu dilaksanakan, daerah kita pasti booming,”kata pengamat politik dan pemerintahan daerah Drs Paulus Sembel. Ir Jufry Suak politisi muda dan Ir James S Soleiman pengusaha muda menambahkan, terbitnya Keppres WOC ini patut disyukuri, karena perjuangan membawa Bumi Nyiur Melambai bangkit dari keterpurukan mulai nampak. Tentunya kata keduanya, harus dibarengi dengan perbaikan sejumlah infrastruktur penunjang WOC seperti jembatan Soekarno, jembatan Megawati, jalan lingkar (ring-road) Manado, jalan menuju Bandara Samratulangi berikut renovasi bandara, serta lokasi-lokasi pariwisata.

“Jangan hanya terpaku pada Bunaken, tapi semua potensi wisata harus dikembangkan seperti air berwarna di danau Linow Lahendong. Sebab di Indonesia mungkin saja hanya dua danau seperti ini, yakni danau Kalimutu dan Linow. Ini potensi yang belum dioptimalkan,”terang Suak dan Soleiman. Sekertaris Daerah Provinsi (Sekdaprov) Sulut Drs Robby Mamuaja dalam kesempatan terpisah menambahkan, perbaikan sejumlah infrastruktur penunjang WOC sudah harus menjadi prioritas. Apalagi terangnya, terbitnya Keppres WOC ini dengan sendirinya banyak dana pusat akan dikucurkan. Sebab, panitianya melibatkan sejumlah menteri negara dan diback -up oleh Kabinet Indonesia Bersatu.

“Selain ditunjang dana pusat, tentunya daerah juga akan menganggarkannya sebagian dalam APBD, ini termasuk kabupaten dan kota se Sulut. Jadi semua infrastruktur penunjang diperbaiki. Yang pasti kita akan tampil sebaik mungkin karena ini membawa nama baik Indonesia dan khususnya Sulut,”katanya.

Diharapkannya, ada 3 hal yang perlu dilakukan sebagai wujud supporting masyarakat dalam iven internasional ini, yakni; jagalah keamanan dan ketertiban, kemudian berilah keramah-tamahan terhadap tamu, serta perhatikan kebersihan daerah kita. Bagaimana mungkin WOC sedang digelar di Manado sementara di Motoling ada orang baku potong. Ini menjadi citra yang baruk bagi Sulut sehingga jangan harap mereka akan kembali lagi dalam kunjungan wisata,” Gubernur Sarundajang pada setiap kesempatan. (ms)

March 15, 2008 Posted by | TrustNews | Leave a comment

Sambut WOC, LANUD SRI Siagakan Keamanan

Daerah Sulawesi Utara pada umumnya, dan Manado pada khususnya banyak sekali menggelar iven berskala nasional, dan internasional, seperti pertemuan, pertandingan olahraga, konferensi, seminar, pameran dan lain-lain. Bahkan pada tahun 2009 nanti, Manado akan menjadi tuan rumah konferensi dunia tentang kelautan atau lebih populer dengan WOC (World Ocean Conference).

Maka tak berlebihan kalau dikatakan Sulawesi Utara memiliki konstribusi positif dan strategis terhadap bangsa dan negara Indonesia sehingga daerah ini sangat mungkin sekali untuk dijadikan sasaran aksi tindak kejahatan dan aksi terorisme.

Salah satu pintu masuk ke Sulawesi Utara dari dalam dan luar negeri yang sering digunakan adalah memanfaatkan transportasi udara yaitu dengan menggunakan penerbangan, sementara hanya ada satu fasilitas pendukung penerbangan di wilayah ini yaitu Bandara Sam Ratulangi Manado.

    Untuk mengantisipasi dan merespons terhadap kemungkinan terjadinya tindakan kejahatan ataupun terorisme serta untuk menjaga stabilitas keamanan dalam lingkup penerbangan di wilayah Sulawesi Utara pada khususnya dan wilayah operasi Pangkalan TNI AU Sam Ratulangi ada umumnya pada masa yang akan datang,  maka dilakukan upaya-upaya kongkrit. Salah satunya adalah melaksanakan Aviation Security Risk Management Workshop (ASRMW) di lingkungan TNI, Polri, Instansi Pemerintah dan Instansi Sipil sehingga dapat diimplementasikan di wilayah operasional yang menjadi tanggung jawabnya masing-masing. Kegiatan ini telah dilaksanakan pada masa kepemimpinan Letkol PNB Arif Mustofa sebagai Komandan Lanud SRI. Arif Mustofa sendiri kini sudah dipromosikan ke Makassar Sebagai Kepala Dinas Operasi.

Sementara pengganti Mustofa adalah Letkol Pnb Bambang Wijanarko berjanji akan meneruskan apa yang sudah diprogramkan.

Latar Belakang

1. Dilaksanakannya kegiatan ASRMW di Lanud SRI dilatar belakangi oleh undang-undang nomor 34 tahun 2004 tentang TNI menyebutkan bahwa tugas – tugas TNI dilaksanakan melalui Operasi Militer untuk perang dan Operasi Militer selain perang.

Beberapa tugas – tugas yang diamanatkan dalam Operasi Militer selain perang adalah operasi dalam rangka mengatasi aksi terorisme, mengamankan Presiden dan Wakil Presiden RI beserta keluarganya, membantu tugas pemerintahan di daerah, membantu Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam rangka tugas keamanan dan ketertiban masyarakat yang diatur dalam undang-undang, mengamankan tamu negara setingkat Kepala Negara dan perwakilan asing yang sedang berada di Indonesia, dan membantu pemerintah untuk pengamanan pelayaran dan penerbangan terhadap pembajakan, perampokan dan penyelundupan.

    Lanud Sam Ratulangi merupakan satuan pelaksana Operasi di jajaran Koopsau II harus mampu melaksanakan tugas-tugas tersebut, sehingga perlu diadakan upaya – upaya untuk merealisasikannya.

2. Hal ini juga seiring dengan program pemerintah Daerah Sulawesi Utara tentang World Ocean Conference (Konferensi Kelautan Tingkat Dunia), telah disetujui Pemerintah Indonesia dan Perserikatan Bangsa – Bangsa, akan dilaksanakan di Manado pada tanggal 11 s/d 15 mei 2009 dengan peserta diperkirakan lebih dari 3.000 orang perwakilan dari seluruh dunia, sangat memerlukan kondisi keamanan yang stabil.

3. Seringnya Sulawesi Utara pada umumnya dan Manado pada khususnya dijadikan tempat untuk melaksanakan kegiatan yang berskala Nasional dan Internasional sehingga diperlukan kondisi keamanan yang stabil.

4. Program Pemerintah Daerah yang lain adalah Tomohon Flower Festival Tahun 2008 dan pencapaian Kota Manado Kota Pariwisata Dunia Tahun 2010, keberhasilan tujuan ini sangat membutuhkan modal dasar utama yaitu kondisi keamanan yang baik.

Menurut Mustofa, kegiatan ini mengambil thema: Melalui ASRM, kita wujudkan semangat kepedulian dan kerjasama yang terpadu dalam rangka meningkatkan kondisi stabilitas keamanan penerbangan di wilayah Operasi Pangkalan TNI AU Sam Ratulangi pada masa mendatang. Sedangkan tujuan yang akan dicapai adalah mensosialisasikan ASRM bagi para peserta dari masing-masing istansi, dalam rangka mengatasi terjadinya gangguan keamanan penerbangan, mengantisipasi dan merespons/mengatasi terhadap kemungkinan berbagai ancaman yang diperkirakan akan terjadi di wilayah Operasi Lanud Sam Ratulangi pada masa mendatang.

Sasaran Workshop

a.  Mendapatkan gambaran tentang potensi ancaman dan gangguan keamanan penerbangan di wilayah Operasi Lanud Sam Ratulangi pada khususnya dan wilayah Indonesia pada umumnya.

b.  Meningkatkan kepedulian kepada para peserta tentang pentingnya keamanan penerbangan dan ASRM.

c.  Termotivasinya para peserta  untuk berperan serta dalam meningkatkan kondisi stabilitas keamanan dan ikut serta dalam mensosialisasikan ASRM di lingkungan kerja masing-masing.

Materi Workshop

a. Aviation Security Back Ground Global Structure and Most  Recent Developments.

b. ICAO Regulatory Framework.

c. ICAO Universal Security Audit Program.

d. National Aviation Security and Quality Programs.

e. Threat Path Management.

f.  Bomb Threats, Risk Assessments and Crisis Management.

g. Response to Acts of Unlawful Interference.

h. Security Surveys and Inspections.

i.  Disruptive and Unruly Passengers.

j.  VIP Security and Passenger Profiling.

k. Crime and Civil Aviation.

l.  Views Tansportation Safety Administration (TSA)/   Department of Homeland Security (HDS) on Global Aviation Security.

Guna mencapai sasaran yang diinginkan, tampil sebagai pembicara masing-masing:

Lekol Pnb Arief Mustofa dan Mr. Frank Van Paasschen  (Independent consultant and lecturer at the Geneva based Airport Council International (ACI)’s Global Safety Network Training Programme, member of International Air Transport Association (IATA) in Geneva and administrator of the IATA Standard Ground Handling Agreement).

Sedangkan peserta sesuai rencana berjumlah 142 orang, namun pada pelaksanaannya  justru yang hadir mencapai 157 orang.  Instansi yang mengikuti kegiatan ini antara lain Perwakilan Mabes AU 1 orang, Perwakilan Koopsau II 1 orang, Lanud Sam Ratulangi 34 orang, Korem 131/STG dan jajarannya 10 orang, Lantamal VIII dan jajarannya 6 orang, Polda Sulut dan jajarannya 10 orang, BIN Suluttenggo 2 orang, PAP I Manado 15 orang, PT. Gapura Angkasa 14 orang, Protokoler Gubernur 4 orang, Sekda Propinsi Sulut 4 orang, Kabankesbang Propinsi Sulut 2 orang, Kanwil Perhub Udara Propinsi Sulut 4 orang, Bea Cukai Manado 2 orang, Imigrasi Manado 2 orang, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Minahasa 2 orang, Pemkab Minahasa Utara 2 orang, Pemkab Minahasa Selatan 2 orang, Pemkab Minahasa Tenggara 2 orang, Pemkab Bolaang Mongondow 2 orang, Pemkab Bolaang Mongondow Utara 2 orang, Pemkab Sangihe 2 orang, Pemkab Talaud 2 orang, Pemkab. Sitaro 2 orang, Pemerintah Kota (Pemkot) Tomohon 2 orang, Pemkot Manado 2 orang, Pemkot Bitung 2 orang, Pemkot Kota Kotamobagu 2 orang, PT. Garuda Indonesia 2 orang, PT. Lion Air 2 orang, PT. Batavia Air 2 orang, PT. Wings Air 2 orang, PT. Sriwijaya Air 2 orang, PT. Trigana Air 2 orang, PT. Merpati Airline 2 orang, perwakilan Silk Air Manado 2 orang, perwakilan Airfast Manado 2 orang, dan Pertamina Manado 2orang.

Hasil Yang Dicapai

Hasil yang dicapai dari kegiatan ASRMW di Lanud Sam Ratulangi sebagai berikut :

a. Para peserta telah mendapat gambaran tentang potensi ancaman dan gangguan keamanan penerbangan di wilayah operasi Lanud Sam Ratulangi pada khususnya dan wilayah Indonesia pada umumnya.

b. Tersosialisasinya ASRM di lingkungan TNI, Polri, Instansi Pemerintah dan Instansi Sipil, sehingga diharapkan tidak menjadi kendala dalam mengatasi permasalahan keamanan penerbangan dan juga terhindarinya salah pengertian serta hubungan yang kurang harmonis antar Instansi.

c. Para peserta telah memahami pola perencanaan dan implementasi pelaksanaan penanganan permasalahan keamanan penerbangan sehingga diharapkan tidak menimbulkan kerancuan dalam pelaksanaannya.

d. Para peserta telah dibekali pola penanganan terhadap permasalahan keamanan penerbangan sehingga diharapkan penanganan terhadap permasalahan keamanan penerbangan menjadi lebih cepat dan tepat serta kerugian materil maupun personil dapat dihindari.

e. Tersinergynya penanganan terhadap tindakan pencegahan dan mengatasi permasalahan keamanan penerbangan antara TNI, Polri, Instansi Pemerintah serta Instansi Sipil, yang akan ditindak-lanjuti secara nyata dengan aplikasi di Bandara Sam Ratulangi dan Bandara di wilayahnya masing-masing.

f.   Adanya kesepakatan untuk membuat Rencana Tindakan Awal untuk menghadapi keadaan darurat dalam hal keamanan penerbangan antara TNI, Polri dan Instansi Pemerintah serta Instansi Sipil (Non Contingency Plan) yang dapat dijadikan acuan dalam menangani permasalahan akibat terjadinya gangguan keamanan penerbangan di wilayahnya masing-masing.

g. Tumbuhnya pengetahuan dan pemahaman tentang ASRM dan para peserta akan melaksanakan sosialisasi di lingkungannya masing-masing.

h. Timbulnya keinginan dari para peserta untuk mengadakan kegiatan ASRM yang berskala Nasional dan dilaksanakan di Manado tahun 2009.

Dari kegiatan Aviation Security Risk Management Workshop yang telah dilaksanakan di Lanud Sam Ratulangi mulai tanggal 10 sd 12 September 2007 dapat diambil kesimpulan secara umum yaitu telah tumbuhnya semangat kepedulian dan kerjasama yang terpadu di lingkungan TNI, Polri, Instansi Pemerintah dan Instansi Sipil dalam rangka meningkatkan kondisi stabilitas keamanan penerbangan diwilayah operas2zi pangkalan TNI AU Sam Ratulangi, hal ini terbukti dengan adanya keinginan dari para peserta untuk menindak lanjuti hasil Workshop tersebut dengan aplikasi nyata di lapangan dan juga keinginan untuk mengadakan workshop serupa dengan skala nasional yang melibatkan seluruh komponen masyarakat. (SRI/meldi)

March 15, 2008 Posted by | TrustNews | Leave a comment

WOC Populer Sampai Pelosok Desa

          Sejak ide menggelar WOC di Manado digulirkan Gubernur SH Sarundajang, masyarakat Sulut seolah-olah terhipnotis. Tak heran dukungan terus mengalir dari semua lapisan masyarakat. Memang ada yang bernada agak pesimis, tetapi sebagian masyarakat optimis bahwa WOC akan membawa berkah bagi warga Bumi Nyiur Melambai.

Masyarakat dunia memang dibuat terperangah atas pemaparan Gubernur Sarundajang karena isu yang diangkat adalah masalah laut dan perubahan iklim global. Makanya negara-negara yang konsen dengan laut sangat tertarik sehingga ada satu lembaga LSM dunia yang akan membahas tentang WOC di Vietnam.

Sukses Sulut makin lengkap setelah pemerintah pusat mengeluarkan Keppres No 23 tahun 2007 sebagai bukti dukungan kongkrit. Bahkan dana yang akan digunakan pun dipasok dari pusat. “Daerah hanya mengeluarkan dana sedikit,” kata Gubernur SH Sarundajang kepada wartawan.

Sehubungan dengan WOC yang tinggal 12 bulan lagi, Sulut harus benar-benar siap. Sebab tamu-tamu international itu harus mendapat pelayanan standar international, termasuk di bidang kesehatan. “Tamu-tamu international  akan lihat fasilitas kesehatan bertaraf international. Makanya akan dibangun rumah sakit  bertaraf international,” kata Deisy Mantiri, Wakil Sekretaris  Panitia WOC 2009.

Bukan hanya itu, Sulut masih memiliki satu tahun lagi waktu untuk membenahi SDM terutama kalangan perhotelan dan restoran, para sopir taksi untuk menjadi tuam rumah yang baik. “Selama ini warga merasa tarif sopir taksi mahal dari bandara ke Manado. Sebenarnya cukup 50 ribu saja, bukan Rp 75.000,” katanya.

Begitu juga dengan sektor pariwisata,  perlu dibuatkan paket wisata kuliner misalnya,  menonjolkan kain Bentenan yang menjadi ciri khas daerah Sulut, kelapa dalam varietas Mapanget dan Tenga  yang kini menjadi andalan untuk meningkatkan produksi kelapa di Sulut.

Bahkan sesudah conference, panitia akan menggelar sebuah acara istimewa berupa exclution untuk menawarkan trade-trade yang menguntungkan, trip-trip wisata dan lain-lain. “Kami sudah koordinasi dengan pihak PHRI, travel. Makanya kami berharap ada pelaku  usaha masuk Sulut untuk mendukung WOC,” katanya seraya menambahkan, pemerintah akan memberikan kemudahan, fasilitas. Industri kecil juga akan bergairah karena dampak ekonomi yang ditimbulkan dari perhelatan bertaraf international ini.

Kepala Dinas Infokom, AJ Tumengkol menjelaskan, pihaknya sudah melakukan soialisasi WOC sampai ke desa-desa agar mendapat dukungan semua lapisan mayarakat dengan mengandalkan satu unit kendaraan dari Departemen Kominfo. Infokom membentuk tim khusus sosialisasi WOC sehingga tante – tante dan oom-oom  di seluruh pelosok sekarang tahu apa itu WOC.

Menurutnya, WOC adalah langkah awal. Bahkan sekarang sudah ada manfaat dengan mengucurnya dana triliun rupiah dari pusat untuk persiapan WOC tahun 2009 yang pada gilirannya mampu menyerap tenaga kerja. “Ini juga promosi gratis bagi Sulut di mata international sehingga akan datang banyak orang sebagai wisatawan,” katanya.

Diakui WOC memang hanya sebuah konferensi dunia kelautan, tetapi masyarakat diminta untuk menunjang dari segi keamanan dan ketertiban, kebersihan serta meningkatkan SDM. “Kita jangan jadi tamu di daerah sendiri. Pariwisata bisa dijual dengan kearifan lokal yang menarik minat para turis mancanegara,” katanya.

Sementara Dinas Perindag Sulut melalui Kadis Perindag Sulut, Gemmy Kawatu, SE bertekad untuk mendukung WOC. “Kami akan mendesain produk-produk kerajinan lokal untuk souvenir para wisatawan ,” tambahnya.(meldi)  

March 15, 2008 Posted by | TrustNews | Leave a comment

Mata Dunia Tertuju di Sulut

 

 SH Sarundajang

Upaya dan kerja keras Gubernur Sulut Drs SH Sarundajang (SHS) memperjuangkan pelaksanaan World Ocean Conference (WOC) 2009 di Sulut, membuahkan hasil maksimal. Malah lembaga PBB (Perserikatan Bangsa-bangsa) secara resmi telah menyatakan dukungan sekaligus menyetujui pelaksanaan WOC 2009 di Sulut. Ini suatu hal yang sangat luar biasa. Kedatangan SHS di Amerika Serikat tidak sia-sia, sebab PBB dihadapan gubernur dan perwakilan Kementerian Perikanan dan Kelautan RI telah menyatakan dukungannya akan pelaksanaan iven internasional yang dipastikan digelar di Kota Manado Mei 2009 mendatang. Sebagai bentuk dukungannya, PBB telah membuka sejumlah akses internasional guna memuluskan proses promosi iven yang nantinya akan membahas tentang keselamatan bumi dalam menanggulangi pemanasan global yang terus terjadi peningkatan secara signifikan. Selain itu, PBB juga sempat menekankan soal sistem keamanan di Indonesia (Manado) menjelang hingga usai pelaksanaan WOC, karena keamanan merupakan salah-satu faktor penentu sukses tidaknya iven ini.

“Saya optimis masyarakat bersama-sama aparat keamanan di Indonesia akan mendukung sepenuhnya iven ini, sebab selain menguntungkan pemerintah, masyarakat Indonesia juga dipastikan akan mendapat keuntungan besar dari pelaksanaan WOC ini,” kata Sarundajang dalam acara pertemuan komite pengarah Global Forum on Oceans, Coast and Islands di New York, WOC 2009 disepakati untuk disosialisasi ke seluruh dunia. Dalam pembahasan disebutkan bahwa WOC 2009 merupakan rangkaian kegiatan Global Forum on Oceans, Coasts and Islands, dan akan disosia-lisasikan kepada seluruh stakeholders kelautan dan perikanan dunia. Demikian pula telah dibahas beberapa tema penting yang akan menjadi agenda dalam setiap pertemuan kelautan selama periode 2007-2016, di mana tema WOC2009 menjadi bagian di dalamnya. Hal itu dikemukakan Peneliti Senior di Departemen Kelautan dan Perikanan, Dr Tonny Wagey yang turut mendampingi Sarundajang di AS. Pada bulan April 2008 mendatang, Global Forum on Oceans, Coasts and Islands akan menyelenggarakan pertemuan 4th Global Conference on Oceans, Coasts and Islands di Hanoi, Vietnam. Hasil-hasil dari pertemuan ini akan disampaikan dalam forum pimpinan-pimpinan negara yang akan hadir pada WOC 2009 di Manado. Menariknya, selain Global Forum on Oceans, Coasts and Islands yang merupakan co-organizer WOC 2009, dukungan telah diberi-kan oleh organisasi seperti APEC, UNEP, UN-Habitat, dan melalui kerjasama bilateral dengan Australia, Canada dan Jerman. Malah dalam waktu dekat, Manado akan menjadi tuan rumah penyelenggaraan per-temuan 1st East Asian Seas Partnership Meeting dan APEC Fisheries and Marine Resource Conservation Working Groups meeting untuk membahas implementasi dokumen Bali Plan of Action. Gubernur Sarundajang telah membahas rencana pertemuan APEC Fisheries and Marine Resource Conservation Working Groups meeting dengan Dr Lori Ridgeway (Lead Shepherd atau Koordinator APEC Fisheries Working Group, yang juga adalah Direktur Jenderal Kerjasama Internasional dan Kebijakan Kelautan, Dept Fisheries and Ocean, Kanada).(*/ms)

March 15, 2008 Posted by | TrustNews | Leave a comment

Pariwisata Sulut, Mutiara yang Hilang

Ketika tahun 2002 lalu, di era kepemimpinan Gubernur Drs AJ Sondakh, pemerintah mencanangkan Sulawesi Utara sebagai Gerbang Pariwisata Dunia, Icon yang dijual saat itu, selain Bunaken yang namanya memang sudah mendunia, Sulut membuat produk baru yang nyaris laku –hanya popular di masa sondakh– yaitu objek wisata religius, Bukit Kasih Kanonang. Stakeholders dan segenap rakyat Sulut dibuat bergerak waktu itu. Hasilnya cukup mencengangkan bahwa sepanjang tahun 2002-2005, wisatawan yang berkunjung ke daerah yang berslogan “Kasih tanpa Kekerasan” itu mendekati angka 1 (satu) juta orang.

Kini, ketika kepemimpinan beralih ke Drs SH Sarundajang sebagai Gubernur Sulut hingga tahun 2010, kitapun ketambahan satu objek wisata yang paling berharga, yakni Objek Wisata “Perhatian”. Hampir seluruh tempat wisata di Sulut kini mulai disentuh.

Otomatis ini akan menambah perbendaharaan tempat-tempat yang pantas dikunjungi selama para wisatawan itu stay di Sulawesi Utara.

Hanya saja, perhatian ini jangan hanya karena kepentingan tertentu. Akan tetapi, jadikan pariwisata ini menjadi produk unggul yang benar-benar memberi nilai tambah bagi masyarakat, sehingga dalam hidup mereka akan tumbuh rasa memiliki. Dan, pemerintah (seharusnya) yang memulai.

Demikian simpulan diskusi terbatas SINERGY Talk yang menghadirkan sejumlah narasumber, masing-masing Alex Wowor (Ketua Bappeda), Robert J. Lumempouw, Direktur Pengendalian Penerapan Kebijakan & Program (PPKP) Badan Pertanahan Nasional (BPN) RI, Sutomo Palar (akademisi/ pengamat ekonomi), Jack Parera (mantan birokrat/pengamat ekonomi sosial), dr Albert Berty Tangel (profesional) Handri Maramis (Perbanas Sulut), Richard Tumilaar (akademisi), Setly Tamod (generasi muda), Steve Palenewen (konsultan design), dan Yongker Rumteh (wartawan /pengamat pariwisata).

Berdasarkan analisis SWOT bahwa sebenarnya di daerah berjulukan Kota Nyiur Melambai ini, lebih banyak keunggulan/kekuatannya dibanding kekurangannya.Hanya saja berbagai potensi ini belum digarap secara professional, sehingga nyaris menenggelamkan promosi pariwisata di daerah yang sama kita banggakan.

Diskusi terbatas yang berlangsung kurang lebih empat jam di meeting room, Sky – Dine & Lounge, Jalan Akhmad Yani Manado awalnya dirancang mencermati hasil Sidang Paripurna Kabinet Indonesia Bersatu, yang dipimpin langsung Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) tentang Rancangan Akhir Rencana Kerja Pemerintah (RKP) tahun 2008, bertajuk Percepatan Pertumbuhan Ekonomi untuk Mengurangi Kemiskinan dan Pengangguran.

Namun, mengingat waktu yang terbatas akhirnya forum menyepakati membahas reformasi kelembagaan untuk menjamin keberlangsungan (sustainability) pertumbuhan ekonomi khususnya bidang kepariwisataan.

Pemilihan topik ini didasari pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Propinsi Sulawesi Utara tahun 2005-2010 yang memasukkan sektor Pariwisata sebagai salah satu program unggulan daerah ini, dalam memicu akselerasi di berbagai bidang usaha.

Sektor pariwisata di Sulut tak bisa disangkal bila dikelola benar dan simultan –paling tidak diberi perhatian yang cukup—dapat dipastikan akan memberikan multiplier effect dalam berbagai sektor.

Kekayaan keunggulan ini diharapkan dapat memicu masuknya devisa di Sulut, diantaranya objek-objek wisata yang beragam, masyarakatnya yang bisa menerima berbagai kalangan (smiling people), objek wisata unik (tarsius, ikan purba coelacanth, air panas), wisata kuliner, kekayaan budaya, alam yang asri (Danau Tondano, Pantai Moinit, Pantai Lakban, Bunaken) juga objek wisata agrowisata (bunga-bunga khas Tomohon).

Melihat strong point ini, forum diskusi sepakat memberi konten mendasar bahwa pemerintah sudah selayaknya memberi perhatian khusus guna menggerakkan sektor ini, terutama pembangunan sarana prasarana agar akses ke kawasan dimaksud bisa dijangkau dengan mudah. Strong point dalam hal keberanian Gubernur Drs SH Sarundajang mengagendakan pelaksanaan World Ocean Conference pada medio 2009, diharapkan juga bisa menjadi magnet awal untuk menarik para wisatawan berkunjung ke

daerah ini. Menarik investor untuk menanamkan modalnya dalam pengembangan objek-objek wisata yang khas dan unik di daerah ini. Dan, terutama bisa meyakinkan pemerintah pusat untuk membantu mendukung pengembangan pariwisata di Sulawesi Utara.

Persoalannya, APBD Sulut sepertinya belum berpihak pada unit kerja Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sulut. Sebab, untuk unit kerja ini APBD Sulut hanya memberi plafon sebesar Rp. 566.880.000,00 sebagaimana yang diumumkan pemerintah propinsi berdasarkan paket/pekerjaan untuk tahun anggaran 2007.

Sulawesi Utara memang harus mengakui sejumlah kekurangan daerah ini bahwa selain posisi kita yang jauh dari pusat pemerintahan (Jakarta) yang menyebabkan biaya tinggi, juga karena akses kita dari dan ke daerah-daerah tujuan wisata yang sudah lebih menjual seperti Bali, masih kurang. Kemudian soal regulasi. Ketidakberpihakan pemerintah yang dapat tercermin dari kurangnya Perda yang memberikan kepastian berinvestasi dalam bidang pengembangan kepariwisataan, telah membuat kurangnya investor yang berminat

menanamkan modalnya pada sektor ini. Sehingga mengakibatkan beberapa kawasan kita kurang diminati para wisatawan. “Ibarat gelas, orang menjadi tak suka memakainya karena kotor,” sebut Sutomo Palar yang memang terkenal kritis dalam mencermati stakeholders lebih khusus tentu, yang berkaitan dengan pembangunan perekonomian di daerah ini.

Selain itu, kurangnya pengembangan spesifikasi Sulut seperti kekayaan budaya yang dibangun oleh Bali dengan berbagai hasil karya dan budayanya yang telah tertata rapi, membuat daerah kita kurang menarik dikunjungi.

Padahal kita punya Kabasaran, Maengket, Musik Bambu, Pesta Adat Pinabetengan (Minahasa), Mane’e, Masamper, Tulude (SaTal), Tarian Sabela, Talibombang dan Motoayok (Bolmong), Festival Bitung Tatawa (Bitung), Toah Peh Kong, Lampion Festival, dan Karnaval Figura (Manado), Festival Gunung Klabat (Minut), Sawak’ka (Talaud), Manulude/Mandullu-U Tona, Festival Musik Bambu (Minahasa Selatan), Pesta Labuhan di Pantai Bentenan (Mitra), dan masih banyak kekayaan budaya kita. Pengelolaan produk spesifik daerah juga kita belum punya. Padahal di Minahasa saja kita punya Desa Pulutan, di Kecamatan Remboken. Punya eceng gondok di Tondano juga Rumah Woloan di Tomohon dan kerajinan bahan turunan kelapa yang tersebar di beberapa daerah di Minahasa.

”Kita memang sudah harus memikirkan mengembangkan produk-produk daerah yang tidak dimiliki daerah lain. Karena prinsip pariwisata adalah menjual yang tidak dimiliki daerah lain,” jelas Albert Tangel, seorang dokter yang dikenal konsen dengan hal-hal budaya ini.

Satu lagi kelemahan kita yang paling mencolok adalah tidak terintegrasinya sejumlah kegiatan di daerah ini membuat perkunjungan wisatawan berkesan monoton.

Menurut Robert J. Lumempouw, kelemahan ini harus dibenah dari sekarang. Sifat masyarakat kita yang ”saru dutuk tamburi matak” (budaya instan) harus diubah mindset-nya. RJL –begitu profil ini akrab disapa—mencontohkan pengalamannya ketika berkunjung di Penang, Malaysia. Dalam tour itu, kita di bawa ke satu lokasi. Disana rombongan dipertontonkan bagaimana mengolah pala mulai dari cara membelah sampai pada diapakan buah pala dimaksud. ”Inikan kita nilai lucu. Tapi itulah pariwisata, kita

harus kaya dengan kreatifitas,” jelas RJL.

Namun demikian, tambah Jack Parera, kita belum terlambat. Yang penting kita mampu memanfaatkan potensi dan peluang, diyakini apa yang menjadi cita-cita dan keinginan masyarakat Sulawesi Utara pada umumnya pastilah akan tercapai. Parera mencontohkan berbagai peluang yang hingga kini belum dimanfaatkan dengan benar, seperti Bandar Udara Sam Ratulangi dan posisi geografis daerah ini yang persis berada di bibir pasifik sehingga membuka akses kesejumlah negara maju.

Ditambahkan Alex Wowor, kita pun bisa memanfaatkan momentum penting di daerah ini yang akan berlangsung tahun 2009 yakni pelaksanaan pertemuan negara-negara yang memiliki wilayah laut, World Ocean Conference 2009. “Karena momentum ini, sebelum puncak pelaksanaannya berlangsung, berbagai kegiatan pun sudah akan dilaksanakan, seperti Internasional Seabed Authority Conference, WOC’09 Round-Table Meeting, East Asian Seas Workshop, Arafura Sea & Timor Sea Expert Forum Meeting, APEC Working Group Meeting, dan Festival BAHARI 2008 (bekerjasama dgn Kantor Menpora). Selain itu, Konferensi Nasional Geologi Kelautan, Konperensi Kelautan dan Kebumian Indonesia-Jerman, dan usulan kegiatan INTERNATIONAL TALL SHIP PARADE 2009, MANADO BAY (KRI Dewaruci, KRI Arung Samudera, Kapal Layar Maruta Jaya 900, Phinisi Nusantara, Tall Ships dari Seluruh Dunia).

“Semua kegiatan tersebut boleh jadi sebagai peluang guna meningkatkan promosi kita dalam memperkenalkan berbagai potensi dan keunikan daerah ini,” jelas Wowor yang berusaha hadir meski dalam kesibukannya mengikuti pendidikan di Lemhanas.

“Peluang kita untuk mengembangkan potensi Pariwisata di daerah ini memang masih terbuka lebar. Asal saja, kita punya kemauan dan ada rasa memiliki. Berbagai kegiatan yang dilaksanakan pihak Perbankan seperti Panindo Hash pun bisa menjadi peluang dalam kita meyakinkan (menggoda) daerah lain bahwa Sulut memiliki keunikan tersendiri.

Kemudian, keberadaan masyarakat kawanua di luar negeri, Kawanua Overseas adalah kekayaan kita. Tentu, asal kita mau memanfaatkannya,” jelas Handry Maramis.

Hanya saja, ujar Setly Tamod, dalam melaksanakan hal-hal tersebut kita memiliki banyak tantangan. Sebagai contoh, Setly menyebut soal kepastian hukum bagi investor yang mau berinvestasi di daerah ini. ”Masalah PT Newmont Minahasa Raya (NMR) dan PT Meares Soputan Mining (MSM) telah menunjukkan ketidakmampuan daerah ini menyelesaikan masalah. Harusnya kita mampu menyelesaikan masalah tanpa menimbulkan masalah. Ingat, kita menghadapi banyak kompetitor, baik dalam negeri

maupun mancanegara. Siapa yang mau berinvestasi bila akhirnya masalah yang didapatkan,” sebut Setly.

“Memang, Sulut harus waspada dalam segala hal bila ingin daerah ini dibanjiri wisatawan. Sebab, selain berbagai kendala tersebut, kita pun masih diperhadapkan dengan masih adanya gangguan Kamtibmas yang timbul dimana-mana.Ancaman-ancaman ini diakui karena masih banyaknya pengangguran di daerah ini,

mencapai 14 %, lebih besar dari pengangguran secara nasional yang hanya kurang lebih 10%,” demikian Richard Tumilaar.

Ditambahkan, Steve Palenewen, gejala kerawanan sosial lain seperti sering adanya demontrasi dengan berbagai alasan, telah membuat keengganan investor untuk bisa bertahan, menanamkan modalnya di kota ini. “Program pemerintah dalam percepatan pertumbuhan sektor riel yang diyakini bisa mempercepat terakomodirnya angkatan kerja sudah selayaknya diperkuat. Sebab, bila program ini jalan, yang pasti pengangguran akan berkurang dan pada akhirnya demonstrasi yang memanfaatkan para “penganggur” akan

berkurang volumenya,” jelas Steve meyakinkan.

Kendala lain, terangkan Yongker Rumte, kurangnya objek wisata yang layak dikunjungi telah menjadi ancaman tersendiri di Sulawesi Utara.

Taman Laut Nasional Bunaken yang menjadi salah satu ICON objek wisata turis internasional, tidak cukup menarik lebih banyak wisatawan asing dan domestik jika tidak diimbangi perbaikan infrastruktur penunjang pengembangan objek wisata lain sebagai alternatif. Sulawesi Utara ke depan perlu memrioritaskan dan mewujudkan salah satu backbone ekonomi dengan menciptakan industri Pariwisata yang berkelanjutan. Semoga. (Tim SGY/Wilson Lumi)

June 4, 2007 Posted by | TrustNews | Leave a comment

RPJMD Sulut 2005-2010

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Propinsi Sulawesi Utara 2005-2010 kondisinya bagai cermin yang elok. Mestinya menjadi (antara lain) acuan bagi pemerintah, swasta dan seluruh masyarakat karena di dalamnya memuat seluruh kebijakan dalam rangkaian mewujudkan arah pembangunan lima tahun ke depan, kini kalah pamor dengan berbagai (katakan) program dadakan. Singkatnya, tidak tersosialisasi. Padahal umurnya sudah mau memasuki tahun kedua pasca diterbitkan pada pertengahan tahun 2006 lalu.

RPMJD yang sudah dikemas apik, rapih juga modis dalam sebuah buku setebal 490 halaman hingga kini masih sulit diperoleh. Jangankan dikonsumsi swasta guna menjadi panduan dalam berinvestasi, di meja beberapa pejabat strategis pun buku yang telah dicetak sejak Juli 2006 dan diterbitkan oleh Badan Perencana Pembangunan Daerah Propinsi Sulawesi Utara, tidak terlihat. Bagai konfigurasi cantik nan elok yang tersembunyi dan sulit ditemukan. Tidak berarti.

Beberapa dinas sebagai ujung tombak pembangunan di Sulawesi Utara, ketika dimintai pendapat bahkan balik bertanya: “Dimana torang boleh dapa buku itu.” Apakah buku ini, memang dicetak terbatas atau saat dibagikan tidak dianggap sebagai pedoman pembangunan sehingga tidak dibaca. Atau mungkin karena tebalnya buku membuat para pengambil kebijakan tak punya waktu untuk memahaminya. Ataukah mungkin karena buku yang disusun berdasarkan kajian matang para pemikir di Sulut, diantaranya Max Ruindungan, Noldy Tuerah, Paulus Kindangen, Donald Pokatong, Vecky Rumate dan masih ada beberapa staf ahli lainnya, hanya dianggap sebagai bacaan pelengkap; dibaca tidak, tak mengapa.

Adalah Suhendro Boroma, ketika berlangsungnya Diskusi Awal Tahun di rumah pribadi Gubernur Drs Sinyo Harry Sarundajang, mengungkit tentang keabsahan RPJMD 2005-2010. Di mana, menurutnya, arah pembangunan yang sedang berlangsung di Sulut tidak bercermin pada RPJMD yang oleh Pemerintah Pusat isinya dianggap paling The Best. Padahal jika ditilik lebih dalam RPJMD ini seharusnya “tidak ada kata tidak” harus dilaksanakan karena sudah di-Perda-kan. Tidak hanya sampai disitu. Dalam pelaksanaan pembangunan eksekutif masih terlihat single fighter. Kesan yang ada terasa bahwa pembangunan di Sulawesi Utara kini hanya usaha kelompok tertentu. Belum melibatkan semua pihak. Padahal keinginan sebagaimana yang termasuk dalam RPJMD adalah bagaimana melakukan percepatan dalam berbagai sektor dengan melibatkan semua unsur, termasuk swasta dan masyarakat pada umumnya. Nah…. !

Namun demikian kita masih optimis bahwa kurang tersosialisasinya pedoman pembangunan yang merupakan turunan Visi dan Misi pasangan pemenang Pilkadasung pertama di Propinsi Sulut, Drs Sinyo Sarundajang dan Freddy Sualang, bukan karena ketidakpedulian terhadap pembangunan daerah. Kita juga (mungkin) tidak harus menyalahkan kondisi ini, karena memang dalam penjelasan awal dalam buku RPJMD 2005-2010 ini merupakan dokumen resmi pemerintah daerah Propinsi Sulut. Jadi, bisa jadi buku tersebut hanya disajikan sebagai koleksi pribadi untuk memperkaya lemari perpustakaan di masing-masing instansi. Padahal dokumen ini harusnya menjadi pedoman, acuan bahkan landasan berpijak semua pihak dalam mengimplementasikan dan melaksanakan pembangunan di segala bidang. Karena RPJMD ini bukan hanya merupakan dokumen perencanaan milik pemerintah, tetapi milik semua pihak termasuk dunia swasta, perguruan tinggi, lembaga sosial kemasyarakatan, organisasi sosial dan politik serta masyarakat luas.

Diakui, untuk membuat RPJMD ini diterima sumua pihak, tidak semudah kita mematikan lampu di kamar yang hanya tinggal tekan tombol persoalan selesai. Namun begitu, kita juga tidak lantas berhenti. RPJMD harus dibuka. Tidak sekedar dokumen. Bagi Ketua Bappeda Propinsi Sulut, Ir Alex Wowor, apa yang tertuang dalam RPJMD tahun 2005-2010, yang merupakan penjabaran dari Visi dan Misi Drs SH Sarundajang dan Wagub Freddy Sualang yang kemudian telah dimantapkan dalam workshop ini merupakan amanat UU No 25 tahun 2004 tentang Sistem

Perencanaan Pembangunan Nasional dan UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Sinergitas antara Pusat dan Daerah tergambar disana. Jadi, sudah semestinya menjadi pedoman, arah berpijak dalam pembangunan di Sulawesi Utara. Sebab, ada sejumlah sasaran yang perlu dimantapkan, baik selama kepemimpinan “duo HS” ini maupun sesudahnya. “Target akhir dari akselerasi dalam berbagai bidang ini adalah mewujudkan masyarakat yang berbudaya, berdayasaing dan tentu sejahtera,” kata Alex Wowor dalam satu wawancara khusus dengan Tabloid SINERGY di ruang kerjanya. Contohnya, dengan berbagai rencana percepatan sebagaimana yang telah dirancang dalam RPJMD ini, Sarundajang berharap akan terjadi peningkatan yang signifikan dalam sektor riil, termasuk pertumbuhan investasi yang nantinya bakal memicu pembangunan daerah pada umumnya. Pertumbuhan ekonomi Sulut diharapkan pada akhir kepemimpinan Sarundajang sebagai Gubernur Sulawesi Utara sudah ada pada kisaran 7 persen yang saat ini masih bermain pada posisi 5 persen. Skema optimis. Pada tahun 2005, di awal kepemimpinan SHS-FHS pertumbuhan ekonomi pada posisi 4,5 persen. Kemudian ditahun 2006 mengalami kenaikan sebesar 1 digit yakni mencapai 5,5 persen. “Kita optimis pada periode akhir 2010 nanti, pertumbuhan ekonomi sudah pada posisi 7 persen,” kata Wowor. Target ini bisa saja terealisasi. Sebab, bila kita bercermin dari kondisi yang ada sekarang, apalagi dengan gaung World Ocean Summit 2009, di mana sebelumnya akan terjadi pertumbuhan investasi besar-besaran. Melalui momentum ini, diyakini akan banyak investor yang tak bakal melepas peluang tersebut.

Sebuah catatan, hasil forum diskusi yang diselenggarakan oleh Bank Indonesia Manado dengan melibatkan pemerintah daerah, Perbankan, Akademisi dan pelaku usaha, disimpulkan bahwa untuk meningkatkan daya saing Sulawesi Utara dalam menjaring investor diperlukan kajian ulang terhadap berbagai Peraturan Daerah (Perda) yang menghambat masuknya investasi.

Pertumbuhan ekonomi dihitung dari jumlah investasi dibagi jumlah penduduk. 1 digit dihitung sama dengan modal investasi Rp 20 triliun. “Berarti untuk mencapai pertumbuhan ekonomi sebesar 7 persen ditahun 2010, Sulut hanya membutuhkan investasi sekitar Rp 50 triliun. Dengan adanya konsep pembangunan yang terpola (RPJMD) plus-minus WOS 2009 yang bakal mencatatkan Sulut pada lembaran dunia, kita optimis target ini bisa terealisasi,” jelas Wowor. Di sektor lain, pemerintah telah merancang sejumlah terobosan guna menekan angka kemiskinan yang tercatat kurang lebih 10 persen. Terobosan dimaksud, diantaranya program unggulan Crash Program dalam revitalisasi pertanian, mengupayakan Bantuan Langsung Tunai serta program-program bantuan lunak dari Koperasi untuk pengusaha kecil menengah berbasis ekonomi kerakyatan. Semua ini akan berujung pada peningkatan kesejahteraan masyarakat. Hanya sekarang, tambah Wowor, Sulut perlu mencari produk unggulan lain yang bisa diandalkan. Diversifikasilah. Sebab, kelemahan kita belum ada produk unggulan seperti Makassar misalnya yang memprimadonakan coklat dan Bali dengan wisatanya. Satu icon kita hanyalah ocean dengan Taman Laut Nasional Bunaken. Kita berharap dengan adanya agenda WOS 2009 nanti akan ada akselerasi dalam hal pengembangan pariwisata, perikanan dan marine. Dengan tidak bermaksud ikut-ikutan dengan program unggulan daerah lain, namun Sulawesi Utara juga memiliki potensi besar untuk mengembangkan pariwisata. Apalagi, para wisatawan sekarang cenderung datangnya dalam jumlah besar. Salah satu tujuan WOS adalah menjual (promosi) laut. Keunggulan Sulut ada pada posisi strategis dan ditunjang oleh sejumlah prasarana dan sarana cukup memadai. Ini modal dasar yang harus dikelola secara optimal agar dapat berperan guna memacu percepatan pembangunan di Propinsi Sulut di era perdagangan bebas/AFTA.

Sebagai gambaran, sebagaimana informasi yang ada dalam RPJMD, kunjungan wisatawan mancanegara ke Sulawesi Utara sampai akhir Juni 2005 mencapai 6.091 orang. Jumlah ini masih lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 7.228 orang atau turun 15,73 persen. Namun demikian, dibandingkan dengan tahun sebelumnya kunjungan wisatawan mancanegara cukup menggembirakan yaitu mencapai 3.650 orang atau meningkat 49,53 persen. Sebagian besar kedatangan wisatawan mancanegara tersebut melalui Bandara Sam Ratulangi Manado, sedang yang melalui Pelabuhan Samudera Bitung hanya sebagian kecil. Sementara tingkat hunian hotel berbintang sepanjang tahun 2005 mencapai 52,79 persen. Meski demikian, angka tersebut cukup menggembirakan karena merupakan persentase tertinggi sejak kurun waktu dari tahun 1996. Untuk tahun berjalan ini, diharapkan kunjungan wisatawan mancanegara akan terjadi lonjakan yang signifikan. Sebagai penunjang, melalui berbagai langkah pembangunan, sampai saat ini Sulut telah memiliki tiga Bandar Udara yaitu Bandara Internasional Samratulangi Manado, Bandara Naha dan Bandara Melonguane. Bandara Samratulangi yang nanti akan diperpanjang dalam rangka image WOS 2009, saat ini disamping melayani penumpang, barang dan jasa dalam negeri juga melayani penerbangan luar negeri. Untuk penerbangan luar negeri telah tercatat tiga maskapai penerbangan yang melayani rute Manado-Davao, dan Manado-Singapura. Manado-Sabah Malaysia, Manado-Taipeh dan Manado-Fukuoka sementara ditutup. Di sisi lain, untuk penerbangan domestik jumlah maskapai telah mencapai 9 airlines. (WeB)

February 12, 2007 Posted by | TrustNews | 2 Comments

Boulevard Road dan Komunitas “Cina”

Sepanjang Jalan Piere Tendean, kami ingin istilahkan Boulevard Road, kini terus berkembang dan dikembangkan. Kawasan bisnis ini, pada tiga sampai lima tahun kedepan diprediksi bakal menjadi tempat teramai di Kota Manado (Sulawesi Utara). Alasannya, kawasan ini terus diincar sejumlah investor, mulai kelas teri (PKL) hingga pengusaha kelas wah … Ada apa?

Hengky Wijaya, salah satu pengelola Mall di kawasan ini menyebut alasannya bahwa tempat ini memang sudah menjadi gula dimana manisnya sudah tercium oleh semut. Disimpan di mana pun, pasti tetap diincar. Kawasan ini sudah menjadi tempat yang begitu menjanjikan. Sekarang saja, sedikitnya empat Mall masing-masing Bahu Mall, Boulevard Mall, Manado Town Square (Mantos) dan Mega Mall, sudah dibangun di sepanjang jalan ini. Belum lagi Ruko yang tak terhitung banyaknya, berjejer di sepanjang Boulevard. Pemandangan ini hanya bisa kita saksikan di Singapura, Orchard Road namanya. Sekali lagi timbul pertanyaan, ada apa?

Suka tidak suka, peran Komunitas Cina–bukan masalah Pri-Nonpri, sebab di Manado memang tidak ada istilah itu– telah membikin lokasi ini menjadi gula yang begitu enak. Kicky Wangkar salah satu reklamator yang membangun kerajaan bisnisnya di ujung Jl Piere Tendean, jauh sebelum kawasan ini populer menyebut peluang ini sudah ada jauh sebelumnya. “Ini emas yang harus diambil,” demikian Wangkar mengingat awalnya ia mulai mereklamasi lokasi yang kini sudah dilengkapi fasilitas Hotel dan pusat perbelanjaan ini.

Dan, tidak hanya Wijaya-Wangkar yang sudah sukses dibilangan Boulevard ini. Sederet nama komunitas Cina pun telah menangkap peluang ini jauh sebelum Jl Piere Tendean ini te-o-pe. Sebut saja Cecep Lesmana dan Benny Tungka. Kedua pengusaha ini pun tidak menyia-nyiakan peluang bisnis disini.

Menurut Wangkar, sebagaimana dituturkan General Managernya, M Verry Roentoe, PT Bahu Cipta Pertiwi miliknya merupakan perusahaan pencetus pengembang reklamasi pantai pertama di kota Manado pada era kepemimpinan Walikota Manado Ir Lucky Korah MSi. Walaupun waktu itu lokasi ini belum bisa menjanjikan, namun pengembang ini menyatakan kita harus berani mengambil terobosan dan resiko yang berkepanjangan. Selain itu, masalah laku-tidak laku, kita juga harus menghadapi penolakan dari berbagai lapisan masyarakat, termasuk lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang bergerak di bidang lingkungan hidup. Karena, alasan mereka, pembangunan ini nantinya akan berdampak merusak ekosistem dan biota laut yang ada di sekitar Boulevard. Namun karena keyakinan pihak pengusaha dan program Pemerintah Kota Manado waktu itu untuk menjadikan kawasan sepanjang Boulevard sebagai kawasan bisnis, maka perusahaan ini termotivasi. Pemerintah kota ingin menjadikan kawasan ini merupakan satu-satunya kawasan reklamasi terpanjang di Indonesia. Peruntukannya Mall dan Ruko sepanjang pantai. Buktinya, sekarang saja telah berjejeran sekitar empat Mall plus satu pusat perbelanjaan Multi Mart. Dimana tempat ini sudah mirip seperti Singapura dan masyarakat Sulawesi Utara yang diuntungkan, karena mendapat lapangan pekerjaan serta mengurangi pengangguran.

Menurut Roentoe, seiring dengan perkembangan sambil menyesuaikan dengan program Pemerintah Daerah, kawasan ini mulai dikembangkan untuk menunjang program Pemerintah Kota menjadikan Manado sebagai Kota Pariwisata Dunia 2010. ”Sehingga tak heran kami bikin panggung yang dimanfaatkan untuk pagelaran kesenian daerah,” tambah Roentoe.

Lebih lanjut, mantan Kadispenda Kota Manado ini juga menyebut bukti keikutsertaan pihaknya dalam menunjang program Pemeritah Kota dengan menyerahkan hamparan lokasi untuk pembangunan Gedung Pariwisata dan Hutan Kota. Namun sampai sekarang ini belum dimanfaatkan dengan baik. Dan, untuk memberikan kenyaman bagi pengunjung, perusahaan pun memberikan persyaratan bagi pengusaha yang mau membangun kawasan bisnis di sekitar Mall, yakni tidak mengijinkan membangun usaha yang berdampak pada polusi dan bising seperti bengkel misalnya. Kawasan ini juga bisa dijadikan multi purpose, boleh jadi perumahan, perkantoran. Ini tergantung si pengusaha. Jadi diberikan kebebasan ke pengusaha meski bangunannya tidak lebih dari tiga tingkat.

Secara keseluruhan reklamasi ini telah dimiliki para pengusaha, tinggalterserah mereka mau membangun usaha apa. Termasuk hotel Formosa bukan lagi milik kita (PT Bahu Cipta Pertiwi, red), cuma personalianya ada dari perusahaan kita.

“Untuk menunjang World Ocean Summit (WOS 2009), kita membangun kawasan wisata di tempat ini, yang nantinya akan bekerjasama dengan Dinas Pariwisata dalam rangka melestarikan kebudayaan. Kita selalu ada agenda kebudayaan yang dilakukan di tempat yang kita bangun,” tutur mantan Asisten II Pemkot Manado.

Sementara bagi pengusaha yang telah melanglang buana di dunia usaha hiburan, Cecep Lesmana, Owner Manado Convention Center (MCC), dengan gaya low profile mengatakan, kalau kita melihat dari sisi bisnis di kawasan Boulevard masih sangat luas. Meski iapun mengakui sudah mulai padat. Namun menurutnya, peluangnya tetap menjanjikan. Alasannya, masing-masing (tentu) punya konsep tersendiri dalam berbisnis. Arahnya kemana, memang semua bisnis berdasarkan konsep awal dulu. Manado dianggap masih bagus persaingannya, masih seperti sekarang ini, karena kompetitor merupakan suatu acuan akhir, dimana yang diuntungkan konsumen. “Sebab, kalau di dalam suatu areal tidak ada kompetisi, yang dirugikan si pemakai areal,” kata pria tambun ini. Sekarang kembali ke manusianya (pengusahanya), SDM dan mentalitasnya, arahnya mau kemana? Variasi barang boleh sama tapi tingkat service yang terbaik, kan masing-masing.

Peluang ini, saya sudah lihat jauh sebelumnya. Awal membangun di tahun 2001, saya sudah memprediksi Manado akan berubah. Buktinya sekarang sudah mulai terlihat. Memang segala sesuatu dimulai dari pembelajaran, tidak ada orang mulai langsung jadi. Namun di setiap daerah di Indonesia, mempunyai tingkat adaptasi dalam hal meresap perkembangan, cepat atau lambat itu tergantung komunitas masyarakatnya. “Nah, kalau di daerah ini sangat cepat beradaptasi. Sehingga tak heran banyak orang Manado yang keluar daerah pasti akan berhasil,” tukas pengusaha yang mengawali karyanya di dunia entertainment.

Disini kita mencari satu hal yang positif ke depan, kompetisi, service dan memberi ke end user yang lebih bagus. Tapi kompetisi hancur-hancuran tidak ada gunanya. Nah, ini kembali ke konsep misi dan visi dari pada pembangunan itu sendiri. Sebagai pengusaha harus berusaha. Suasana kondusif tercipta di Manado. Yang paling betul motto Sulawesi Utara, torang samua basudara. Kalau tidak, kita memiliki suatu pekerjaan rumah yakni mencari, menjaga dan memiliki serta melaksanakan. Kalau putra daerah di sini mengorbankan dirinya dan belajar bekerja itu berarti, dia mempertahankan peluang kerja untuk generasi seterusnya. Tapi kalau orang tidak belajar maka peluang kerja akan habis. Coba kita lihat Jakarta karena orang luar lebih banyak membaca peluang dan memanfaatkannya, ketika mereka sadar, sudah terlambat. Dimana peluang-peluang itu sudah dipadati orang. Karena itu bagaimana mendapatkan dan melakukan peluang itu, sangat penting. Kedepan semua usaha mempunyai prospek yang bagus, tergantung kondisi di daerah ini apa kondusif atau tidak, tapi yang menentukan end user. Walaupun,sampai sekarang masih merangkak, harus tetap berusaha.

Satu lagi peluang, menyambut Manado Kota Pariwisata Dunia 2010. Apa pelaku bisnis telah siap? Dalam arti kata, mampu mendatangkan keuntungan. Menciptakan keuntungan tidak mungkin hanya dua orang yang bekerja, tapi seluruh masyarakat Sulut harus bekerja. Jadi perlu kesadaran bersama, ada kebersamaan mulai dari keluarga sampai tingkat yang lebih tinggi sosialnya.

”Sebenarnya saya sangat setuju dengan control posting dan control news yang positif, karena tidak semua lapisan masyarakat menerimanya. Terobosan Pak Gubernur sangat luar biasa, tapi ini harus didukung oleh masyarakat Sulut,” demikian Lesmana.

Sekarang ini usaha yang sedang dilakukan masih dikembangkan terus sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Yang sedang dibangun banyak, termasuk fasilitasnya ditambah terus sesuai kebutuhan. Dinamika masyarakat harus diikuti, karena dinamika kebutuhan masyarakat beda-beda kan? Jadi, tambah Lesmana, pelaku-pelaku bisnis harus kreatif. Kalau dikritik harus tambah lebih bagus lagi. Harus pandai-pandai mengatur dengan baik. Contohnya, MCC buat acara apa saja boleh, sangat universal. Perangkat-perangkatnya sudah sangat lengkap peralatannya. ”Ini juga peluang,” demikian Lesmana yang sukses menggelar Jakarta Jazz Festival.

Mantos Oke Punya

Manado, suatu daerah yang perlu di contohi oleh daerah lain. Karena Manado pendidikannya diatas rata-rata dan tidak mudah terprovokasi dengan isu. Kelebihan ini, bagi Hengky Wijaya, telah memberi keyakinan baginya untuk tidak berpaling dari Manado. Pengusaha keturunan yang mengaku asli Manado karena memang lahir di Manado dan telah menancapkan bisnisnya di beberapa kota di wilayah Republik Indonesia ini, mengaku cara dan tingkah laku penduduk ini adalah modal sukses bagi yang mau berusaha.

”Sekarang kita perlu berbuat dulu. Tentu, mewujudkannya harusnya dimulai dari sukses di lingkungan keluarga masyarakat. Sebagai pengusaha, sukses ini harus ditekuni. Mampu menciptakan lapangan kerja ke orang lain, itu berarti sudah berbuat untuk menghidupi orang lain. Jadi semua orang yang bekerja di satu perahu ini harus bergandengan tangan dan saling memiliki. Mantos intinya untuk kebaikan, memberi pekerjaan dan melatih putra-putri terbaik.

Tidak sekedar bisnis. Hasilnya, Mantos oke punya,” kata mantan Ketua Presidium Konghucu Indonesia selama empat periode ini bercerita. Kalau tidak begitu, tambah Wijaya, tidak akan tercipta pengusaha-pengusaha yang tangguh di Sulut. Sekarang di daerah sudah banyak yang bersekolah tinggi, bahkan ada yang jebolan luar negeri. ”Mana mungkin yang hanya sekolah pas-pasan bisa berhasil, sementara yang sudah sekolah lebih tinggi nggak. ”Kalau mengubah hidup harus berbuat dulu,” katanya. Memang bila ingin mengubah hidup dan berhasil perlu memahami filosofi dimana kaki berpijak disana langit dijunjung. Motivasi dari filosofi ini, akan menimbulkan rasa memiliki. Setelah rasa memiliki, fase berikutnya ingin membangun. Setelah ingin membangun, disitulah puncak sukses. Karena pada fase ini, akan ada interaksi positif dan beradaptasi dengan komunitas masyarakat setempat yang akhirnya akan menunjang usaha sehingga bisa meraih sukses.

Menyangkut kendala dalam berusaha, menurut Ketua Yayasan Klenteng Kwan Kong ini, itu dimanamana pasti ada. Selagi hidup didunia pasti akan banyak masalah. Hadapi saja. Kuncinya, lakukan kebenaran dan kebaikan, terbuka, setia dan jujur. Jika sudah demikian pasti masalah bisa diminimalisir. Bagaimana menjaga sikap anda agar dipercaya orang, harus jujur apa yang dikatakan mulut harus dilakukan. Modal bisnis adalah kepercayaan. Bagaimana membuat diri anda dipercaya. “Jika mereka kamu sudah dipercaya pasti akan laku,” demikian Wijaya yang mengaku mengawali bisnis sebagai penjual rokok. (WeB/OnT)

February 12, 2007 Posted by | TrustNews | Leave a comment